MAKALAH
PENGORGANISASIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Manajemen Umum
Dosen : Nine Nurlia Rosyane, MM
Oleh :
1.
Tia Fitriani
2.
Ari As’ari
3.
Ihsan Maolani
4.
Rahmat Apriyana
5.
Dadan Ramdani
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA – S1
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS
KUNINGAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Manajemen Umum.
penyusun telah menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan penyusun, semoga bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih penyusun sampaikan
kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan
kepada penyusun sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya dan insya Allah sesuai yang diharapkan. Dan kami ucapkan
terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Pada dasarnya makalah yang disajikan ini khusus mengupas
tentang Pengorganisasian ( mulai dari pengertian, struktur organisasi dan departementasi
dll). Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang
pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.
Kuningan,
Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB
II PENGORGANISASIAN
A.
Pengorganisasian
.............................................................................. 5
1.
Pengertian
................................................................................... 5
2.
Teori-Teori
Organisasi ............................................................... 6
B.
Struktur
Organisasi .......................................................................... 11
1.
Pembagian
Kerja ........................................................................ 13
2.
Bentuk-Bentuk
Organisasi ......................................................... 14
C.
Departementasi
................................................................................ 15
1.
Departementasi
Fungsional ........................................................ 15
2.
Departementasi
Divisional ......................................................... 16
3. Organisasi Proyek dan Matrik ................................................... 18
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup
bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai
suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak
mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari
manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Sebelum organisasi menentukan tujuannya, terlebih dahulu menetapkan
misi atau maksud organisasi. Misi dalam organisasi adalah maksud khas (unik)
dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan
mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.
Etzioni
mendefinisikan tujuan organisasi sebagai berikut :
1.
Suatu pernyataan tentang
keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk merealisasikan
2.
Pernyataan tentang keadaan di
waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektifitas mencoba untuk
menimbulkannya
Unsur penting
tujuan adalah :
1.
Hasil-hasil akhir yang
diinginkan di waktu mendatang
2.
Usaha-usaha / kegiatan-kegiatan
sekarang diarahkan
Tujuan dapat berupa tujuan umum/khusus, tujuan akhir/tujuan antara.
Tujuan Umum (tujuan strategis) secara operasioanal tidak dapat berfungsi
sebelum dijabarkan terlebih dahulu kedalam tujuan-tujuan khusus yang lebih
terperinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk hirarki tujuan.
BAB II
PENGORGANISASIAN
A.
Pengorganisasian
1.
Pengertian
Organisasi adalah suatu kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat
dengan peraturan yang ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk
melakukan kegiatan bersama agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Jadi secara sederhana, pengorganisasian
(Organizing) adalah proses pengaturan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dengan memperhatikan lingkungan yang ada.
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam Manajemen
dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan
demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengertian organisasi menurut berbagai para ahli antara lain:
1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2. James D. Mooney (1974)
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama.
3. Ralp Currier Davis (1951)
Organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja
ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan.
4. Daniel E. Griffths (1959)
Organisasi adalah seluruh orang-orang yang melaksanakan
fungsi-fungsi yang berbeda tetapi saling berhubungan dengan yang
dikoordinasikan agar sebuah tugas dapat diselesaikan.
5. Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih.
2.
Teori-Teori Organisasi
Teori
organisasi merupakan teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi.
Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang bagaimana
sebuah organisasi menjalankan sebuah fungsi dan mengaktualisasikan visi dan
misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang didalamnya maupun lingkungan
kerja organisasi tersebut.
Teori
organisasi pertama kali muncul pada abad ke-19 karena pengaruh Revolusi
Inggris. Secara umum, teori organisasi merupakan rangkuman konsep, ikhtisar,
tinjauan dan pendapat yang berkaitan dengan metode pemecahan masalah organisasi
agar mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan
perkembangannya yang dialami, teori organisasi selalu mengalami evolusi dari
masa ke masa. Secara garis besar, evolusi teori organisasi bisa dibedakan ke
dalam tiga kelompok, yakni teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik,
dan teori organisasi modern.
1. Teori Organisasi Klasik
Teori organisasi yang berkembang mulai awal abad
ke-19 digolongkan kedalam teori organisasi klasik atau disebut juga “teori
tradisional” atau “teori mesin”. Pada masa ini organisasi divisualisasikan
sebagai sekelompok orang yang membentuk lembaga. Tiap-tiap bagian organisasi
tersebut memiliki spesialisasi dan sentralisasi dalam tugas dan wewenang.
Dalam teori organisasi klasik ini, dinyatakan bahwa sebuah organisasi
terdiri atas empat unsur pokok, yakni sebagai berikut :
1.
Kegiatan
yang tersistem dan terkoordinasi
2.
Adanya
sekelompok orang dengan spesialisasi tertentu
3.
Kerja
sama antara sekelompok orang dengan spesialisasi yang berbeda
4.
Adanya
kekuasaan dan kepemimpinan yang mengendalikan sistem tersebut.
Para
penganut teori organisasi klasik meyakini bahwa organisasi bergantung pada
kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin. Teori organisasi klasik
kemudian berkembang menjadi tiga aliran, yaitu teori birokrasi, administrasi,
dan manajemen ilmiah.
a. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan
secara jelas. Model organisasi birokrasi ini mempunyai karakteristik-karakteristik
struktural tertentu yang dapat dikemukakan di setiap organisasi kompleks dan
modern. Weber mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai
berikut :
1. Pembagian kerja yang jelas.
2. Hirarki wewenang yang dirumuskan
secara baik.
3. Program rasional dalam
pencapaian.
4. Sisitem prosedur bagi penanganan
situasi kerja.
5. System aturan yang mencangkup hak-hak
dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6. Hubungan-hubungan antar pribadi
yang sifatnya “impersonal”.
Jadi birokrasi adalah sebuah
model organisasi normative, yang menekankan struktur dalam organisasi.
b. Teori Administrasi
Teori administrasi
adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Teori ini sebagian besar
dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa,
serta Mooney dan Reiley di Amerika.
a.
Henry Fayol
Henry Fayol seorang
industralis dari perancis pada tahun 1916 telah menulis masalah-masalah tehnik
dan administrasi dalam bukunya yang terkenal Administration Industrielle et
Generale (Administrasi Industri dan Umum). Fayol menyatakan bahwa semua
kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi enam kelompok :
1. Kegiatan-kegiatan tehnikal
2. Kegiatan-kegiatan komersial
3. Kegiatan-kegiatan finansial
4. Kegiatan-kegiatan keamanan
5. Kegiatan-kegiatan akutansi
6. Kegiatan-kegiatan manajerial
Fayol mengemukakan dan
membahas empat belas kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori
adminstrasi, yaitu :
1.
Pembagian kerja (division work)
2.
Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
3.
Disiplin (discipline)
4.
Kesatuan perintah (unity of command)
5.
Kesatuan pengarahan (unity of direction)
6.
Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subordination
of individual interest to general interest)
7.
Balas jasa (remuneration of personnel)
8.
Sentralisasi (centralization)
9.
Rantai scalar (scalar chain)
10. Aturan (order)
11. Keadilan (equity)
12. Kelanggengan personalia (stability
of tenure of personnel)
13. Inisiatif (initiative)
14. Semangat korps (esprit de corps)
Disamping itu, fayol
memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi “elemen-elemen manajemen”
yang juga dikenal dengan Fayol’s Functionalism atau teori fungsionalisme Fayol
, yaitu :
1. Perencanaan (planning),
2. Pengorganisasian (organizing),
3. Pemberian perintah (commanding),
4. Pengkoordinasian (coordinating),
dan
5. Pengawasan (controlling)
b.
Urwick dan Gulick
Luther Gulick dan
Lydall Urwick, menggunakan pengalaman manajerial mereka dalam menguraikan
prinsip-prinsip Fayol, yang tercermin dalam dua makalahnya tehnikal Problem dan
The Function of Administration. Dalam makalah-makalah mereka, Gulick dan Urwick
memperkenalkan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembagian kerja, koordinasi,
penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar “tujuan, proses,
personalia, dan tempat“ dan penggunaan staff. Urwick terutama melihat
kesulitan-kesulitan administrasi, penerapan kaidah-kaidah organisasi (terutama
birokrasi) dalam praktek, sehingga dia mengembangkan teknik-teknik penerapannya
yang kemudian dikenal dengan Urwick’s Technique.
c.
Mooney dan Reilly
Di Amerika Serikat,
James D.Mooney dan Allen Reilly dalam tahun 1931 menulis dan menerbitkan buku
mereka,Onward Industry di mana buku ini mempunyai dampak besar pada praktek
manajemen di Amerika. Mereka menekankan 3(tiga) prinsip organisasi yang mereka
teliti dan temukan telah dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan,
agama, militer, dan bisnis. Ketiga prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip Koordinasi
2. Prinsip Skalar
3. Prinsip Fungsional
c. Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah
dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor. Teori manajemen ilmiah masih banyak
dijumpai dalam praktek-praktek manajemen modern. Dalam buku-buku literature,
manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti pertama, manajemen ilmiah
merupakan penerapan masalah-masalah organisasi. Sedangkan arti kedua, manajemen
ilmiah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik.
F.W. Taylor menuangkan gagasannya
dalam tiga makalah yaitu Shop Management, The Principles of Scientific yang
menghasilkan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam
organisasi perusahaan, yaitu :
1. Menggantikan metode-metode kerja
dalam praktek dengan berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu
pengetahuan tentang kerja ilmiah yang benar.
2. Mengadakan seleksi,
latiahn-latiahan, dan pengembangan para karyawan secara ilmiah, agar
memungkinkan para karyawan bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan
spesialisasinya.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja
serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan,
sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk, mencapai tingkat upah yang
tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi menjadi rendah.
4. Untuk mencapai manfaat manajemen
ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan
antara karyawan dan manajer sebagai upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama
yang baik.
2. Teori Neoklasik
Aliran teori organisasi Neoklasik muncul sebagai
akibat dari ketidakpuasan terhadap teori organisasi klasik, ketiga teori
organisasi yang tergabung dalam teori organisasi klasik tersebut dinilai sangat
kaku dan mengabaikan hubungan manusiawi. Teori organisasi neoklasik memberi
perhatian khusus pada aspek psikologis dan sosial pada diri anggota organisasi,
baik sebagai individu maupun kelompok kerja.
Salah satu pencetus teori ini adalah Hugo
Munsterberg, tertuang dalam bukunya, Psychology and Industrial Effeciency yang
terbit pada 1913, dan dinilai sebagai rantai penghubung evolusi teori manajemen
ilmiah menuju neoklasik.
3. Teori Modern
Teori organisasi klasik dan teori organisasi
neoklasik ternyata dinilai belum memuaskan untuk tuntunan manajemen modern.
Banyak kelemahan dan ketimpangan yang masih ditemukan sehingga mendorong
munculnya teori organisasi modern pada 1950.
Teori organisasi modern ini kemudian dikenal
dengan nama “Analisis Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memandang organisasi
sebagai satu kesatuan dari berbagai unsur yang saling bergantung. Beberapa
perbedaan mencolok antara teori modern dengan teori klasik adalah sebagai
berikut :
1.
Teori
organisasi klasik menitikberatkan pada análisis dan deskripsi sementara teori
organisasi modern menekankan pada keterpaduan dan perancangan secara
menyeluruh.
2.
Teori
organisasi klasik terfokus pada konsep, skalar, dan hubungan vertikal,
sementara teori organisasi modern cenderung horizontal, dinamis, dan
multidimensi.
Teori Organisasi di Indonesia
Organisasi
di Indonesia tidak menekankan análisis dan deskripsi sendiri-sendiri. Selain
itu, konsep dinamis, horizontal dan multidimensi yang ditujukkan sebagian besar
organisasi di Indonesia semakin memperkuat pandangan bahwa teori organisasi
yang diterapkan di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh teori organisasi modern.
B.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi
adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur Organisasi dapat
didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur
organisasi terdiri atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
ukuran satuan kerja.
Adapun faktor-faktor utama yang menentukan
perancangan struktur organisasi sebagai berikut:
1.
Strategi Organisasi
untuk mencapai tujuannya. Strategi akan menjelaskan bagaimana
aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun di
antara para manajer dan bawahan. Aliran kerja sangat
dipengaruhi strategi, sehingga bila strategi berubah maka
struktur organisasi juga berubah.
2.
Teknologi yang digunakan.
Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur
organisasi, sebagai contoh perusahaan mobil yang
mempergunakan teknologi industri massal akan memerlukan
tingkat standarisasi dan spesialisasi yanglebih tinggi
dibandingkan perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan perubahan
mode.
3.
Anggota (karyawan) dan
orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Kemampuan
mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam
merancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam
pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran komunikasi,
wewenang dan hubungan di antara satuan-satuan kerja pada rancangan
struktur organisasi seperti pelanggan, supplier dan sebagainya
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur.
4.
Ukuran organisasi
besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan-satuan
kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi akan
semakin kompleks dan harus dipilih bentuk
struktur yang tepat.
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
1.
Spesialisasi kegiatan
berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan
kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan
penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi
satuan-satuan kerja (departementalisasi)
2.
Standarisasi kegiatan,
merupakan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi
untukmenjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan
.
3.
Koordinasi kegiatan
menunjukan prosedur-prosedur yangmengintegrasikan
fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi .
4.
Sentralisasi dan
desentralisasi pembuatan keputusan yangmenunjukan lokasi
(letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
5.
Ukuran satuan kerja
menunjukan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.
1. Pembagian Kerja
Tujuan suatu organisasi adalah untuk
mencapai tujuan dimana individu-individu tidak dapat mencapai
sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang bekerja
bersama secara koopeatif dan dikoordinasikan hasil lebih daripada
dilakukan perseorangan. Konsep ini disebut SYNERGY. Tiang dasar
pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja (divisi of
labor) yang memungkinkan Synergi terjadi.
Sebagai contoh, pembagian kerja
dalam team sepak bola : dimana ada manajer tim, kepala
pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang, dan pemain
lainnya. Pembagian kerja ini efektif karena hanya bila hanya
komponen kecil dari pekerjaan yang dilaksanakan kualifikasi
personalia yang rendah digunakan dan latihan jabatan lebih
mudah. Gerakan-gerakan dan perpindahan yang percuma dari
komponen pekerja yang besar diminimumkan. Lebih dari itu
pembagian pekerjaan mengarahkan penanaman pada
peralatan dan mesin-mesin yang efisien untuk meningkatkan
produktivitas.
Namun demikian, beberapa
penulis telah menunjukan adanya konsekuensi-konsekuensi
pada perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian
kerja bila hal ini dilaksanakan secara ekstrim
ini akan menimbulkan kebosanan keletihan, monoton dan kehilangan
motivasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan
bukan efisiensi.
Berikut
ini ada beberapa dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk mengadakan pembagian
kerja. Pedoman-pedoman tersebut adalah:
1.
Pembagian
kerja atas dasar wilayah atau teritorial, misalnya wilayah timur, barat atau
wilayah kecamatan, kabupaten dan lain sebagainya.
2.
Pembagian
kerja atas dasar jenis benda yang diproduksi, misalnya pada komponen suatu
kendaraan, bagian pemasangan jok mobil, pemasangan rem mobil dan lainnya.
3.
Pembagian
kerja atas dasar langganan yang dilayani, misalnya adalah langganan secara
individual atau kelompok, pemerintahan atau non pemerintahan dan sebagainya.
4.
Pembagian
kerja atas dasar fungsi (rangkaian) kerja, misalnya bagian produksi, bagian
gudang, bagian pengiriman dan lainnya.
5.
Pembagian
kerja atas dasar waktu, misalnya shif kerja pagi, siang dan malam.
Dari hal tersebut diatas maka akan
tergambar atau terlihat pembagian kerja di dalam suatu organisasi, yakni:
·
Jumlah unit
organisasi yang ada akan disesuaikan dengan kebutuhan dari organisasi tersebut.
·
Suatu unit
organisasi ini harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan dengan yang lainnya.
·
Pembentukan
unit baru hanya dilaksanakan bilamana unit yang ada sudah tidak tepat lagi
untuk menampung kegiatan yang baru baik dari beban kerja maupun hubungan kerja.
·
Secara
garis besar akan berpengaruh pada aktifitas dan sifat dari organisasi tersebut.
2. Bentuk-Bentuk Organisasi
Ada beberapa bentuk berbeda dari
struktur organisasi dalam sebuah tim. Tim yang sudah terorganisir dan
tersturktur dengan baik sangatlah penting, karena akan mengarahkan tim tersebut
menjadi sebuah tim yang ahli dan cakap dalam bekerja. Pengambilan keputusan
dalam sebuah tim bergantung pada bagaimana cara tim tersebut akan bekerja
bersama.
Ada 4 bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges,
yaitu :
1. Bentuk Piramida, merupakan bentuk yang paling banyak digunakan, sederhana, jelas,
dan mudah dimengerti.
2. Bentuk Vertikal, hampir sama dengan bentuk piramidal dalam pelimpahan kekuasaan.
3. Bentuk Horizontal, aliran wewenang dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
4. Bentuk Melingkar, menekankan pada hubungan antara satu jabatan dengan jabatan
lainnya.
Bentuk-bentuk organisasi dibedakan atas :
1. Organisasi
Fungsional
Suatu organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi
dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk
dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus.
2. Organisasi
Fungsional dan Garis
Bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi
dilimpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang mempunyai keahlian tertentu
serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap
diserahkan kepada kepala bagian.
3. Organisasi
Komite
Bentuk organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas
tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa
komite atau dewan atau board dengan pluralistik manajement.
4. Organisasi
Garis dan Staff
Suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang
berlangsung secara vertikal. Manajer ditempatkan satu atau lebih pejabat staff
yang tidak mempunyai wewenang memerintah tetapi hanya sebagai penasehat.
5. Organisasi
Matrix
Organisasi dimana penggunaan struktur organisasi menunjukan
dimana para spesialis yang mempunyai keterampilan dimasing-masing bagian dari
bagian perusahaan dikumpulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek
yang harus diselesaikan.
C.
Departementasi
Departementasi adalah
aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi yang akan diserahi bidang
kerja tertentu atau fungsi tertentu. Efesiensi kerja tergantung kepada
keberhasilan integrasi satuan-satuan yang bermacam-macam dalam organisasi.
Proses penentuan cara bagaimana kegiatan dikelompokkan disebutkan
departementasi.
1. Departementasi Fungsional
Departementasi
Fungsional adalah pengelompokan fungsi yang sama atau kegiatan yang sejenis
untuk membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling
umum dan bentuk dasar departementasi. Individu dikelompokkan berdasarkan keterampilan,
pengetahuan, dan tindakan yang dilakukan. Misalnya organisasi hanya terbagi
dalam bagian administrasi dan bagian operasi. Pembentukan satuan-satuan
organisasi yang masing masing diserahi mengurus sekelompok aktivitas yang
tergolong sejenis menurut sifatnya atau pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan.
Kebaikan
:
1.
Pendekatan ini menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama.
2.
Menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi.
3.
Memusatkan keahlian organisasi.
4.
Memungkinkan pengawasan
manajemen puncak
5.
Tugasnya jelas
6.
Pengetahuan yang dibutuhkan
tidak banyak
7.
Hanya membutuhkan manajer saja
yang harus berwawasan luas
8.
Mudah dijelaskan pada anggota
bila ada persoalan
Kelemahan :
1.
Menciptakan konflik antar
fungsi.
2.
Adanya kemacetan pelaksanaan
tugas.
3.
Umpan balik yang lambat.
4.
Memusatkan pada kepentingan
tugasnya.
5.
Para anggota berpandangan lebih
sempit serta kurang inovatif
6.
Kejenuhan akibat monotonnya
aktivitas
7.
Komunikasi antar area tidak
lancar terutama bila ada problem
8.
Individu dalam bekerja hanya
memperhatikan struktur hierarki
2. Departementasi Divisional
Departementasi
divisional adalah departementasi berdasarkan divisi melihat produk, layanan,
dan klien sebagai faktor dasar pengelompokan. Pola ini digunakan untuk
memudahkan usaha antisipasi ancaman atau oportuniti dari luar organisasi.
Misalnya pada organisasi otomotif, organisasi terbagi atas divisi otomotif,
divisi internasional, divisi keuangan.
Dengan membagi
divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana tiap
divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri. Struktur
organisasinya terdiri dari:
a.
Struktur organisasi atas
dasar produk
Setiap departementasi bertanggung jawab atas suatu produk yang
berhubungan. Struktur ini dipakai bila teknologi pemrosesan dan metode
pemasaran sangat berbeda.
b. Struktur organisasi atas dasar wilayah
Pengelompokan
kegiatan atas dasar tempat dimana operasi berlokasi atau menjalankan usahanya.
Faktor yang menjadi pertimbangan adalah bahan baku, tenaga kerja, pemasaran,
transportasi dan lain sebagainya.
c. Struktur organisasi atas dasar langganan
Pengelompokan
kegiatan yang dipusatkan pada penggunaan produk, terutama dalam kegiatan
pengelompokan penjualan, pelayanan.
d. Struktur organisasi atas dasar proses
Pengelompokan
kegiatan atas dasar proses yang sering dijumpai dalam departemen produksi.
Kegiatan-kegiatan ini dapat dikelompokan menjadi departemen pemboran,
penggilingan, penggergajian, perakitan dan penyelesaian terakhir. Ini digunakan
atas dasar pertimbangan ekonomis.
e. Struktur organisasi atas dasar alphanumerical
Dapat digunakan pada
pelayanan telepon, misalnya nomor 000000500000 ditempatkan dalam satu
departemen dan lainnya di tempatkan di departemen yang lain juga.
Kebaikan
:
1.
Semua kegiatan, ketrampilan,
keahlian untuk memproduksi dan memasarkan dikelompokan menjadi satu dibawah
seorang kepala.
2.
Semua kegiatan mudah untuk
dikoordinasidan prestasi kerja terpelihara.
3.
Kualitas dan kecepatan membuat
keputusan meningkat.
4.
Menempatkan pengembangan dan
implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas
5.
Merumuskan tanggung – jawab
dengan jelas dan perhatian dipusatkan pertanggungjawaban atas prestasi kerja.
6.
Membebaskan para kepala
eksekutif dalam pembuatan keputusan strategi lebih luas.
7.
Cocok untuk lingkungan yang
cepat berubah.
8.
Mempertahankan spesialisasi fungsional
dalam setiap divisi.
Kelemahan
:
1.
Berkembangnya persaingan
disfungsional potensial atas sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas
dan prioritas.
2.
Seberapa besar delegasi
wewenang diberikan.
3.
Masalah kebijaksanaan dalam
alokasi sumber daya dan distribusi biaya overhead perusahaan.
4.
Menimbulkan konsistensi
kebijaksanaan antar divisi.
5.
Masalah duplikasi sumber daya
dan perlatan yang tidak perlu
6.
Masing-masing divisi bisa menghadapi
problem yang sama sehingga terjadi pengulangan dalam pengatasannya
7.
Target divisi bisa mengalahkan
target organisasi
8.
Konflik antar divisi bisa
terjadi, bila terjadi problem organisasi, maka
membutuhkan orang yang sangat ahli dan menguasai banyak hal.
3. Organisasi Proyek dan Matrik
Organisasi proyek dan
matrik merupakan bentuk departementasi campuran (hybrid design). Ini dilakukan
dengan mengkombinasikan kebaikan-kebaikan dari sistem fungsional dan divisional
dengan menghindarkan segala kelemahannya. Misalnya, organisasi selain dibagi
menurut divisi, juga ditetapkan suatu organisasi baru semacam proyek akan
ditugasi khusus dengan orang-orang yang berasal dari sejumlah divisi.
Struktur Organisasi Proyek
Menyangkut
pembentukan tim-tim, spesialis untuk mencapai tujuan khusus. Di sini manajer
proyek mempunyai wewenang lini memimpin para anggota tim selama jangka waktu
proyek, jika telah selesai maka tim dibubarkan dan masing-masing anggota kembali
ke departemennya masing-masing. Jika ada proyek baru maka mereka ditarik
kembali.
Struktur Organisasi Matriks
Pada prinsipnya sama
dengan sistem proyek, tapi disini para karyawan mempunyai dua atasan, yang
tentunya berada di dua wewenang. Rantai perintah pertama yaitu fungsional, yang
wewenangnya mengalir secara vertikal. Kedua yaitu rantai perintah lateral atau
horisontal, wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer
proyek, sehingga menyerupai matrik dalam lalu lintas aliran wewenang.
Kebaikan
:
1.
Memaksimumkan efisiensi penggunaan
manajer fungsional.
2.
Mengembangkan ketrampilan dan
kreatifitas karyawan serta fleksibilitas kepada organisasi.
3.
Melibatkan motivasi dan menantang
karyawan serta memperluas pandangan manajemen terhadap masalah strategi
perusahaan yang akhirnya membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan.
4.
Menstimulasi kerja sama antar
disiplin dan mempermudah kegiatan perusahaan dan orientasi proyek.
5.
Mampu mengombinasi kelebihan
pola fungsional dan divisional
6.
Menekankan pada teknik dan
pasar
7.
Memerlukan sejumlah manager
yang mampu menangani personil bidang teknik dan pemasaran
Kelemahan
:
1.
Adanya pertanggungjawaban ganda
dan kebijaksanaan yang kontradiktif
2.
Memerlukan koordinasi vertikal dan
horisontal.
3.
Memerlukan lebih banyak
ketrampilan antar pribadi.
4.
Menimbulkan resiko timbulnya
perasaan anarki.
5.
Sangat mahal untuk di
implementasikan.
6.
Mendorong pertentangan
kekuasaan dan lebih mengarah perdebatan daripada kegiatan.
7.
Sangat mahal
8.
Kesatuan komando bisa hilang
karena individu memiliki lebih dari satu supervisor
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Pengorganisasian (Organizing)
adalah proses pengaturan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dengan memperhatikan lingkungan yang ada. Pengorganisasian merupakan
fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses
kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan,
sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah
struktur organisasi.
·
Berdasarkan
perkembangannya yang dialami, teori organisasi selalu mengalami evolusi dari
masa ke masa. Secara garis besar, evolusi teori organisasi bisa dibedakan ke
dalam tiga kelompok, yakni teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik,
dan teori organisasi modern.
·
Bentuk-bentuk organisasi
dibedakan atas : organisasi fungsional, organisasi garis, organisasi komite,
organisasi staff dan organisasi matrix.
·
Ada 3 macam bentuk departementasi
yaitu: departementasi fungsional, departementasi divisional dan organisasi
proyek dan matrik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar